Tuesday, November 11, 2008
tetes darah!
Friday, October 17, 2008
Ujung Genteng Final Episode
Pada hari terakhir, kami pergi dengan seorang penduduk lokal yang menemani kami untuk menunjukkan jalan menuju Pantai Batu Belah, Pantai Citepuh dan Ombak Tujuh. Tidak heran disebut dengan Pantai Batu Belah, karena disini banyak sekali terdapat batu koral dengan ukuran besar, seperti biasanya saya disuguhi dengan pemandangan laut yang super biru, ombak besar, dan tidak satu pun manusia terlihat selain kami. Kami melewati pasir yang lebih putih dibandingkan dengan pantai pangumbahan, indah.
Selanjutnya kami mengunjungi Pantai Citepuh, disini banyak sekali terdapat kilang-kilang penangkapan ikan. Dan sekali lagi, hanya kami yang berenang-renang di pantai, tidak terlihat manusia lain di pantai kecuali satu-dua nelayan yang nampak sedang bersantai. Air laut Citepuh terasa sangat dingin dibanding dengan cuaca pantai yang sangat terik. Perlu diwaspadai disini adalah tarikan ombaknya sangat kuat walaupun sama sekali ombaknya bisa dibilang tidak ada apa-apanya dengan pangumbahan...hmmmm aneh... kadang walaupun sudah duduk pinggir pantainya, saya dan teman-teman sering terseret oleh ombak. Pijakan kaki di dalam airnya pun tidak stabil. Kadang menjadi dangkal, kadang malah menjadi dalam sampai kami tidak bisa menggapai pijakannya karena telah berubah ketinggiannya. Menurut saya pantai ini cukup membuat panik bagi orang yang tidak bisa berenang.
Pantai terakhir yang kami kunjungi adalah Ombak Tujuh, perjalanan kami memakan waktu sekitar 1 jam dengan medan jalan yang cukup berat. Disini menuntut sekali keahlian mengendarai motor. Mobil? Jangan berharap, jalannya hanya muat untuk satu motor saja.
Musim kemarau nampak sudah cukup lama melanda wilayah ujung genteng, Ranting semak-semak yang kering menjadi bumerang buat kami. Kaki kami banyak yang baret-baret karena terkena ranting semak-semak yang mengering, untung saya membawa sarung. Saya langsung kenakan menutupi seluruh tubuh saya dan aman dari gesekan semak-semak. Terlihat pandangan iri dari berberapa teman-teman saya...he...
Ombak tujuh memang indah. Batu karang menjadi penahan ombak laut. Menyenangkan melihat ombak besar pecah terkena karang. Entah mengapa dinamakan ombak tujuh, mungkin karena ombaknya yang besar. saya tanya kepada penduduk lokal, nampaknya mereka pun sama bingungnya dengan saya. Sekali lagi lautnya biru kehijauan nampak jernih, ombak pun sedang tenang jadi kami memberanikan diri untuk berenang-renang disana. Hari semakin gelap, kami pun segera pulang, untuk beristirahat sebentar, lalu malam harinya kami berencana mengunjungi konservasi penyu.
Malam harinya, sekitar pukul 10 malam, setelah istirahat dan melahap ikan yang kami beli di pantai citepuh, kami langsung pergi ke konservasi penyu. Kami tidak boleh menyalakan senter, suasana sangat gelap dan tenang. Sementara kami menunggu penyu yang datang, kami duduk-duduk di pantai. Kami beruntung, tidak berapa lama kami melihat seekor penyu selesai bertelur dan pulang kembali ke laut. Semua seperti paparazzi, pengunjung berebutan mengambil foto penyu tersebut, ada yang naek di punggungnya, hey! Sedikit sedih melihat diperlakukan seperti itu. Sedihnya lagi, berberapa teman saya malah membeli telur-telur penyu yang jelas mereka tahu, bahwa binatang itu adalah binatang yang dilindungi karena mulai sedikit jumlahnya. Tapi mereka nampak tidak peduli. Saya sendiri tidak mau membeli karena saya pasti akan malu dengan diri saya sendiri.
Setelah melihat penyu, kami pun memutuskan untuk menikmati langit malam yang cerah. Terlihat ratusan bintang bersinar terang, kami semua terdiam menikmati malam itu. Tidak berberapa lama, saya melihat bintang jatuh! Wah bintang jatuh!untuk bertama kalinya saya melihat bintang jatuh! Karena terpana, saya tidak sempat mengucapkan keinginan saya, yang konon dipercaya apabila melihat bintang jatuh, ucapkan keinginanmu, maka akan keinginan itu akan terkabul.
Liburan yang menyenangkan. Saya berharap bisa kembali ke tempat ini. Musim kemarau sebenarnya adalah waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat ini, pantainya lebih tenang, dan pantai-pantai yang terpencil akan lebih mudah diakses. Selanjutnya pasti saya akan mengunjungi pantai-pantai di indonesia yang tidak kalah indahnya!
Selanjutnya kami mengunjungi Pantai Citepuh, disini banyak sekali terdapat kilang-kilang penangkapan ikan. Dan sekali lagi, hanya kami yang berenang-renang di pantai, tidak terlihat manusia lain di pantai kecuali satu-dua nelayan yang nampak sedang bersantai. Air laut Citepuh terasa sangat dingin dibanding dengan cuaca pantai yang sangat terik. Perlu diwaspadai disini adalah tarikan ombaknya sangat kuat walaupun sama sekali ombaknya bisa dibilang tidak ada apa-apanya dengan pangumbahan...hmmmm aneh... kadang walaupun sudah duduk pinggir pantainya, saya dan teman-teman sering terseret oleh ombak. Pijakan kaki di dalam airnya pun tidak stabil. Kadang menjadi dangkal, kadang malah menjadi dalam sampai kami tidak bisa menggapai pijakannya karena telah berubah ketinggiannya. Menurut saya pantai ini cukup membuat panik bagi orang yang tidak bisa berenang.
Pantai terakhir yang kami kunjungi adalah Ombak Tujuh, perjalanan kami memakan waktu sekitar 1 jam dengan medan jalan yang cukup berat. Disini menuntut sekali keahlian mengendarai motor. Mobil? Jangan berharap, jalannya hanya muat untuk satu motor saja.
Musim kemarau nampak sudah cukup lama melanda wilayah ujung genteng, Ranting semak-semak yang kering menjadi bumerang buat kami. Kaki kami banyak yang baret-baret karena terkena ranting semak-semak yang mengering, untung saya membawa sarung. Saya langsung kenakan menutupi seluruh tubuh saya dan aman dari gesekan semak-semak. Terlihat pandangan iri dari berberapa teman-teman saya...he...
Ombak tujuh memang indah. Batu karang menjadi penahan ombak laut. Menyenangkan melihat ombak besar pecah terkena karang. Entah mengapa dinamakan ombak tujuh, mungkin karena ombaknya yang besar. saya tanya kepada penduduk lokal, nampaknya mereka pun sama bingungnya dengan saya. Sekali lagi lautnya biru kehijauan nampak jernih, ombak pun sedang tenang jadi kami memberanikan diri untuk berenang-renang disana. Hari semakin gelap, kami pun segera pulang, untuk beristirahat sebentar, lalu malam harinya kami berencana mengunjungi konservasi penyu.
Malam harinya, sekitar pukul 10 malam, setelah istirahat dan melahap ikan yang kami beli di pantai citepuh, kami langsung pergi ke konservasi penyu. Kami tidak boleh menyalakan senter, suasana sangat gelap dan tenang. Sementara kami menunggu penyu yang datang, kami duduk-duduk di pantai. Kami beruntung, tidak berapa lama kami melihat seekor penyu selesai bertelur dan pulang kembali ke laut. Semua seperti paparazzi, pengunjung berebutan mengambil foto penyu tersebut, ada yang naek di punggungnya, hey! Sedikit sedih melihat diperlakukan seperti itu. Sedihnya lagi, berberapa teman saya malah membeli telur-telur penyu yang jelas mereka tahu, bahwa binatang itu adalah binatang yang dilindungi karena mulai sedikit jumlahnya. Tapi mereka nampak tidak peduli. Saya sendiri tidak mau membeli karena saya pasti akan malu dengan diri saya sendiri.
Setelah melihat penyu, kami pun memutuskan untuk menikmati langit malam yang cerah. Terlihat ratusan bintang bersinar terang, kami semua terdiam menikmati malam itu. Tidak berberapa lama, saya melihat bintang jatuh! Wah bintang jatuh!untuk bertama kalinya saya melihat bintang jatuh! Karena terpana, saya tidak sempat mengucapkan keinginan saya, yang konon dipercaya apabila melihat bintang jatuh, ucapkan keinginanmu, maka akan keinginan itu akan terkabul.
Liburan yang menyenangkan. Saya berharap bisa kembali ke tempat ini. Musim kemarau sebenarnya adalah waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat ini, pantainya lebih tenang, dan pantai-pantai yang terpencil akan lebih mudah diakses. Selanjutnya pasti saya akan mengunjungi pantai-pantai di indonesia yang tidak kalah indahnya!
Thursday, October 16, 2008
DICARI:MALAIKAT
Aku sangat jenuh dengan pekerjaanku sekarang. Aku bosan. Aku bosan terjebak 9 jam di dalam cubicle kecil jahanam ini, atau kadang terjebak 12 jam bila kerjaanku menumpuk. Lalu aku menengok kanan-kiri memeriksa cubicle rekan-rekan kerjaku, mereka semua tenggelam dengan pekerjaan mereka. Setelah melihat keadaan sekitarku, lalu aku mulai mengendurkan ototku dan duduk selonjor di kursi kerjaku. Aku hanya butuh 10 menit menutup mata untuk menyegarkan diriku. Lalu aku mulai membayangkan berada di sebuah kolam renang dengan pemandangan laut yang luas dan biru, terlihat dari jauh burung-burung laut terbang di angkasa mengawasi mangsanya yang ada di dalam laut.
Tiba-tiba ketika aku sedang menikmati pemandangan itu, rasanya dari dalam kolam, ada yang menarik kakiku, aku pun mulai tenggelam, aku berusaha berenang ke permukaan, namun aku gagal! Ah! Aku terbangun dari tidur ayamku! Ah...entahlah, aku tiba-tiba memutuskan berjalan-jalan di taman, mungkin untuk mencari udara segar, atau mungkin mencari pemandangan baru sehingga mataku yang lelah ini menjadi sedikit lebih segar.
Ketika sedang menikmati harumnya bunga-bunga, tiba-tiba aku melihat sesuatu yang menyilaukan. Sesosok malaikat. Yah! aku yakin itu adalah malaikat. Walaupun aku tidak melihat halo melayang di kepalanya, namun ia tidak bisa menutupi sayap putihnya yang besar di punggungnya. Aku sangat yakin ia adalah malaikat. Ia duduk lunglai di bangku taman. Kepalanya tertunduk dengan kedua tangan terus menutupi wajahnya, ia nampak bersedih. Cahaya di tubuhnya mulai meredup kemudian tidak berapa lama bercahaya kembali dan terus berulang seperti itu, pundaknya bergerak tak terkendali setiap ia mengambil nafas. Ia menangis! Ia menangis sesunggukan.
Kuhampiri malaikat malang itu, aku duduk di sampingnya, dengan ragu aku menyapa malaikat itu. ”Halo...” aku memaksakan senyumanku karena aku takut sekali dengan apa yang ada di hadapanku sekarang. Tidak setiap hari aku bisa bertemu dengan malaikat bukan? Malaikat itu tidak merespon sapaanku. Ia tetap pada posisinya, menangis. Aku bingung harus bagaimana, ingin rasanya aku langsung pergi meninggalkan malaikat ini, tapi ada rasa takut apabila aku meninggalkan malaikat ini begitu saja, nantinya kelak ia akan melapor kepada Tuhan dan aku tidak diijinkan masuk surga. Wah!berabe juga!
”halo”, Tiba-tiba malaikat itu membalas sapaanku. Aku tertegun sejenak karena baru saja sesosok malaikat menyapaku! Aku terpana dengan wajahnya. Matanya teduh, berwarna biru gelap namun terus berubah menjadi biru yang lebih terang seiring dengan berhentinya ia menangis. Kulitnya mulus seperti bayi, struktur tulangnya sempurna, seperti sosok model-model yang sering aku amati di majalah.
Saat ini keadaannya jauh lebih tenang. Susah untuk ditebak apakah malaikat ini berkelamin laki-laki atau perempuan. Aku berharap laki-laki, sehingga aku bisa tenang di surga nantinya bersamanya. Nampak ia sudah tenang, tidak ada airmata yang keluar dari matanya, hanya mata yang sembab. Ia tersenyum kepadaku. Senyumnya sedih, kemudian ia mulai bercerita kepadaku.
”Aku malaikat. Aku diutus untuk menyebarkan cinta di duniamu. Suatu hari aku turun di sebuah hutan, Aku melihat binatang-binatang dan pepohonan nampak bahagia, lalu aku merubah diriku menjadi sebuah pohon, aku menikmati menjadi pohon, memberikan udara yang sejuk dan keteduhan bagi binatang-binatang yang hidup di sekitarku, tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.”. ia berhenti sejenak, mulutnya gemetaran, ia menahan pedih, ia menenangkan dirinya sejenak dan melanjutkan ceritanya.
”...ada berberapa sosok sepertimu datang ke tempatku, mereka membawa alat yang dapat membunuh kami semua, sebuah alat yang bunyinya nyaring, dan memiliki gigi yang sangat tajam sehingga dapat membelah para pohon! Bayangkan betapa sakit apabila kami dikoyak dengan alat seperti itu! Aku pun berlari ketakutan, aku merubah diriku menjadi diriku sendiri...” matanya kembali biru gelap, lalu aku memutuskan untuk angkat bicara sebelum ia kembali menangis lagi, ”jadi itu sebabnya kamu menangis hebat, malaikat?”, si malaikat menengok ke arahku, lalu ia menatapku! Tidak berapa lama, ia kembali menundukkan kepalanya, ”Aku bersedih, tapi bukan karena itu aku menangis”
”Aku terus berlari dan terbang keluar dari hutan, karena lelah aku beristirahat di sebuah padang rumput yang sejuk, aku melihat banyak sapi sedang bersantai sambil memakan rumput. Mereka nampak tenang dan bahagia, aku pun memutuskan untuk menjadi sapi, dan kehidupan sapi memang menyenangkan. Setiap hari aku diberi makan oleh pemiliknya, hampir setiap hari aku bersantai di padang rumput, tapi suatu hari pemilikku menjual aku dan sapi-sapi yang lain, dan aku dibawa di sebuah tempat yang menyeramkan. Tempat itu sangat bau, bau busuk! dan penuh dengan darah, banyak kawananku telah terpotong-potong menjadi banyak bagian. Aku ingin muntah, lalu tidak berapa lama, seorang laki-laki dengan pisau yang teramat besar berjalan ke arahku, tak jauh di belakangnya teman-temannya mengikutinya.”
seharusnya aku bersimpati dengan dirinya, tapi entah saat ini aku malah menahan tawaku. Tidak sopan mentertawai malaikat. Entah balasannya akan separah apa. Tapi aku tidak bisa membayangkan si malaikat ini pernah menjadi seekor sapi dan memutuskan menjadi sapi! tapi aku memang tidak bijak apabila melihat hal ini sebagai lelucon. Setelah bisa menguasai diriku untuk tidak tertawa, aku kembali menyimak cerita malaikat tampan ini.
”...aku berhasil melarikan diri, aku sudah kembali ke diriku seperti semula. Lalu di sebuah kota, aku melihat satu keluarga yang nampak bahagia, mereka makan siang bersama di sebuah restoran, dan mereka nampak bahagia. Aku tahu, aku akan memutuskan menjadi manusia” Akhirnya!si malaikat ini memutuskan sebuah keputusan yang paling tepat!aku pikir, ia akan berubah menjadi rumput atau kecoa!
”Aku hidup di keluarga yang bahagia, aku banyak menemukan cinta dalam keluarga, tapi itu tidak berlangsung lama...aku dikirim ke medan perang. Aku dipaksa untuk membunuh, bahkan komandanku sendiri memaksaku membunuh manusia untuknya!Aku tidak mengerti kesalahan korbanku, aku tidak mengenal korbanku. Aku tidak berani menembaknya, komandanku terus mendesakku, lalu aku pun melepaskan peluru dari senjataku dan mengenai lengan tubuhnya, aku sangat takut. Lalu komandanku merampas senapanku dari tanganku, ia dengan santai menembakkan peluru tepat di kepalanya! Aku syok melihat kejadian itu, dan aku berusaha melarikan diri, namun tidak berapa jauh aku berlari, tiba-tiba sebuah peluru menembus dadaku, aku melihat ke arah belakangku, komandanku sendiri yang menembakku....”
Aku terdiam. Wajar ia sekarang seperti ini, aku pun akan sepertinya apabila melewati peristiwa semengerikan itu. Kami berdua terdiam sejenak. Lalu ia mulai bicara kembali, ”aku keluar dari tubuhku, lalu aku terbang tidak tentu arah, dan karena lelah aku pun berhenti di sebuah kota dan tiba-tiba mulai menangis.”
Wajah malaikat mulai murung, warna matanya mulai hitam, ”aku terus menangis, airmataku terus mengalir, lama-kelamaan air menggenang semata kaki, lalu sepinggang”. Aku mulai pusing mendengar ceritanya, terbayang kota tempat tinggalku terendam, orang berlarian panik, namun ia tidak berhenti bercerita, ”...lalu mulailah menenggelamkan isi kota, dan seluruh daratan di bumi...” Aku mulai melihat diriku tenggelam dalam banjir, kakiku tersangkut sesuatu dan aku tidak bisa melepaskannya. kemudian aku terbangun dari lamunanku, dan langsung bertanya kepada malaikat ”jadi itu sebabnya aku berada di tempat ini?”.
Malaikat itu hanya tersenyum, ia mengeluarkan sebuah benda yang bercahaya dari kantongnya, dan ternyata sebuah benda itu adalah halo miliknya, lalu ia menyodorkan barang bercahaya itu kepada diriku, ”mau menggantikan diriku?”.
Tiba-tiba ketika aku sedang menikmati pemandangan itu, rasanya dari dalam kolam, ada yang menarik kakiku, aku pun mulai tenggelam, aku berusaha berenang ke permukaan, namun aku gagal! Ah! Aku terbangun dari tidur ayamku! Ah...entahlah, aku tiba-tiba memutuskan berjalan-jalan di taman, mungkin untuk mencari udara segar, atau mungkin mencari pemandangan baru sehingga mataku yang lelah ini menjadi sedikit lebih segar.
Ketika sedang menikmati harumnya bunga-bunga, tiba-tiba aku melihat sesuatu yang menyilaukan. Sesosok malaikat. Yah! aku yakin itu adalah malaikat. Walaupun aku tidak melihat halo melayang di kepalanya, namun ia tidak bisa menutupi sayap putihnya yang besar di punggungnya. Aku sangat yakin ia adalah malaikat. Ia duduk lunglai di bangku taman. Kepalanya tertunduk dengan kedua tangan terus menutupi wajahnya, ia nampak bersedih. Cahaya di tubuhnya mulai meredup kemudian tidak berapa lama bercahaya kembali dan terus berulang seperti itu, pundaknya bergerak tak terkendali setiap ia mengambil nafas. Ia menangis! Ia menangis sesunggukan.
Kuhampiri malaikat malang itu, aku duduk di sampingnya, dengan ragu aku menyapa malaikat itu. ”Halo...” aku memaksakan senyumanku karena aku takut sekali dengan apa yang ada di hadapanku sekarang. Tidak setiap hari aku bisa bertemu dengan malaikat bukan? Malaikat itu tidak merespon sapaanku. Ia tetap pada posisinya, menangis. Aku bingung harus bagaimana, ingin rasanya aku langsung pergi meninggalkan malaikat ini, tapi ada rasa takut apabila aku meninggalkan malaikat ini begitu saja, nantinya kelak ia akan melapor kepada Tuhan dan aku tidak diijinkan masuk surga. Wah!berabe juga!
”halo”, Tiba-tiba malaikat itu membalas sapaanku. Aku tertegun sejenak karena baru saja sesosok malaikat menyapaku! Aku terpana dengan wajahnya. Matanya teduh, berwarna biru gelap namun terus berubah menjadi biru yang lebih terang seiring dengan berhentinya ia menangis. Kulitnya mulus seperti bayi, struktur tulangnya sempurna, seperti sosok model-model yang sering aku amati di majalah.
Saat ini keadaannya jauh lebih tenang. Susah untuk ditebak apakah malaikat ini berkelamin laki-laki atau perempuan. Aku berharap laki-laki, sehingga aku bisa tenang di surga nantinya bersamanya. Nampak ia sudah tenang, tidak ada airmata yang keluar dari matanya, hanya mata yang sembab. Ia tersenyum kepadaku. Senyumnya sedih, kemudian ia mulai bercerita kepadaku.
”Aku malaikat. Aku diutus untuk menyebarkan cinta di duniamu. Suatu hari aku turun di sebuah hutan, Aku melihat binatang-binatang dan pepohonan nampak bahagia, lalu aku merubah diriku menjadi sebuah pohon, aku menikmati menjadi pohon, memberikan udara yang sejuk dan keteduhan bagi binatang-binatang yang hidup di sekitarku, tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.”. ia berhenti sejenak, mulutnya gemetaran, ia menahan pedih, ia menenangkan dirinya sejenak dan melanjutkan ceritanya.
”...ada berberapa sosok sepertimu datang ke tempatku, mereka membawa alat yang dapat membunuh kami semua, sebuah alat yang bunyinya nyaring, dan memiliki gigi yang sangat tajam sehingga dapat membelah para pohon! Bayangkan betapa sakit apabila kami dikoyak dengan alat seperti itu! Aku pun berlari ketakutan, aku merubah diriku menjadi diriku sendiri...” matanya kembali biru gelap, lalu aku memutuskan untuk angkat bicara sebelum ia kembali menangis lagi, ”jadi itu sebabnya kamu menangis hebat, malaikat?”, si malaikat menengok ke arahku, lalu ia menatapku! Tidak berapa lama, ia kembali menundukkan kepalanya, ”Aku bersedih, tapi bukan karena itu aku menangis”
”Aku terus berlari dan terbang keluar dari hutan, karena lelah aku beristirahat di sebuah padang rumput yang sejuk, aku melihat banyak sapi sedang bersantai sambil memakan rumput. Mereka nampak tenang dan bahagia, aku pun memutuskan untuk menjadi sapi, dan kehidupan sapi memang menyenangkan. Setiap hari aku diberi makan oleh pemiliknya, hampir setiap hari aku bersantai di padang rumput, tapi suatu hari pemilikku menjual aku dan sapi-sapi yang lain, dan aku dibawa di sebuah tempat yang menyeramkan. Tempat itu sangat bau, bau busuk! dan penuh dengan darah, banyak kawananku telah terpotong-potong menjadi banyak bagian. Aku ingin muntah, lalu tidak berapa lama, seorang laki-laki dengan pisau yang teramat besar berjalan ke arahku, tak jauh di belakangnya teman-temannya mengikutinya.”
seharusnya aku bersimpati dengan dirinya, tapi entah saat ini aku malah menahan tawaku. Tidak sopan mentertawai malaikat. Entah balasannya akan separah apa. Tapi aku tidak bisa membayangkan si malaikat ini pernah menjadi seekor sapi dan memutuskan menjadi sapi! tapi aku memang tidak bijak apabila melihat hal ini sebagai lelucon. Setelah bisa menguasai diriku untuk tidak tertawa, aku kembali menyimak cerita malaikat tampan ini.
”...aku berhasil melarikan diri, aku sudah kembali ke diriku seperti semula. Lalu di sebuah kota, aku melihat satu keluarga yang nampak bahagia, mereka makan siang bersama di sebuah restoran, dan mereka nampak bahagia. Aku tahu, aku akan memutuskan menjadi manusia” Akhirnya!si malaikat ini memutuskan sebuah keputusan yang paling tepat!aku pikir, ia akan berubah menjadi rumput atau kecoa!
”Aku hidup di keluarga yang bahagia, aku banyak menemukan cinta dalam keluarga, tapi itu tidak berlangsung lama...aku dikirim ke medan perang. Aku dipaksa untuk membunuh, bahkan komandanku sendiri memaksaku membunuh manusia untuknya!Aku tidak mengerti kesalahan korbanku, aku tidak mengenal korbanku. Aku tidak berani menembaknya, komandanku terus mendesakku, lalu aku pun melepaskan peluru dari senjataku dan mengenai lengan tubuhnya, aku sangat takut. Lalu komandanku merampas senapanku dari tanganku, ia dengan santai menembakkan peluru tepat di kepalanya! Aku syok melihat kejadian itu, dan aku berusaha melarikan diri, namun tidak berapa jauh aku berlari, tiba-tiba sebuah peluru menembus dadaku, aku melihat ke arah belakangku, komandanku sendiri yang menembakku....”
Aku terdiam. Wajar ia sekarang seperti ini, aku pun akan sepertinya apabila melewati peristiwa semengerikan itu. Kami berdua terdiam sejenak. Lalu ia mulai bicara kembali, ”aku keluar dari tubuhku, lalu aku terbang tidak tentu arah, dan karena lelah aku pun berhenti di sebuah kota dan tiba-tiba mulai menangis.”
Wajah malaikat mulai murung, warna matanya mulai hitam, ”aku terus menangis, airmataku terus mengalir, lama-kelamaan air menggenang semata kaki, lalu sepinggang”. Aku mulai pusing mendengar ceritanya, terbayang kota tempat tinggalku terendam, orang berlarian panik, namun ia tidak berhenti bercerita, ”...lalu mulailah menenggelamkan isi kota, dan seluruh daratan di bumi...” Aku mulai melihat diriku tenggelam dalam banjir, kakiku tersangkut sesuatu dan aku tidak bisa melepaskannya. kemudian aku terbangun dari lamunanku, dan langsung bertanya kepada malaikat ”jadi itu sebabnya aku berada di tempat ini?”.
Malaikat itu hanya tersenyum, ia mengeluarkan sebuah benda yang bercahaya dari kantongnya, dan ternyata sebuah benda itu adalah halo miliknya, lalu ia menyodorkan barang bercahaya itu kepada diriku, ”mau menggantikan diriku?”.
Wednesday, October 15, 2008
Ujung Genteng episode 2
Pantai pertama yang kami singgahi adalah pantai yang paling dekat dengan penginapan kami. Pantai cibuaya. Pantai ini seperti kolam, karena berada di tepi pantai kemudian sekitar 50 meter airnya tertahan oleh karang laut. Kami pun berenang-renang menuju karang tersebut, namun tidak lama, salah satu teman saya, bernama Yanto, menginjak bulu babi!!wajahnya meringis kesakitan. Banyak gosip (atau mungkin fakta) beredar apabila terkena bulu babi, kita akan demam semalaman, bahkan sampai bisa terkena serangan jantung!wah!wah!
Kami langsung membawanya ke penginapan, wajahnya nampak menahan sakit dan berjalan pincang. Sesampainya di penginapan, kami langsung meminta si pemilik rumah untuk melakukan P3K. Kakinya lalu direndam air hangat dan pemutih (ya pemutih, katanya sih untuk mencegah infeksi), terlihat banyak sekali bintik hitam di tumitnya, dengan sabar si pemilik rumah mengeluarkan satu-persatu bulu babi yang menancap di kaki dengan jarum yang sudah disterilkan. Tapi sejam sudah berlalu, usahanya tidak terlalu menampakkan hasil, bulu-bulu babi masih sulit dikeluarkan, tapi untungnya keadaan teman saya semakin membaik membuat kami merasa lega. Dia masih pincang, namun sakitnya makin lama menghilang. Akhirnya kami pun melanjutkan petualangan kami!
Untuk mengunjungi pantai yang kedua, kami harus mengendarai motor. Banyak ojek yang menawarkan diri untuk membawa para turis ke pantai-pantai di Ujung Genteng.Untungnya, teman-teman saya ini sudah sering ke Ujung Genteng, jadi berberapa dari mereka membawa motor untuk menghemat ongkos berpergian di Ujung Genteng.
Pantai ke dua adalah pangumbahan. Jalan menuju kesana masih tanah, akses mobil masih dapat lewat, tapi cukup membuat para penumpangnya duduk tegak di kursinya dan berpegangan. Jadi saya sangat menyarankan, selain lebih cepat, dengan kondisi jalan seperti itu, motor merupakan kendaraan yang tepat untuk berpergian bertualang di tempat seperti ini.
Jalanan tidak jauh berbeda dengan ketika kami pergi ke tempat penduduk, namun tapi lebih sedikit mulus. Pemandangan kiri-kanan tetap tanah tandus dan kadang terlihat berberapa gubuk penduduk. Nampaknya Listrik belum masuk ke kawasan ini karena ketika malam harinya saya melewati jalan ini, obor di depan rumah penduduk jadi pemandangan yang cukup biasa.
Di perjalanan, kami melewati perservasi penyu. Kami tidak mampir karena tempat ini tepat dikunjungi ketika malam sudah larut, dimana penyu akan datang dan bertelur.
Tiba-tiba motor yang saya tumpangi berhenti, ternyata di tengah jalan kami terhenti karena ada genangan air yang cukup besar dan dalam menutupi jalan, yang ternyata jalur air yang nantinya akan bermuara di muara sungai di pangumbahan akhirnya motor harus diparkir di sebuah rumah tidak berpenghuni dan kita berjalan.
Kami berjalan sekitar 200 meter untuk mencapai pantai pangumbahan. Pantainya indah sekali. Dan selain itu, hanya kelompok kami yang ada di pantai itu! Horeeeeee!!!!! Rasa euforia langsung menyerang kami, kami kalap foto sana-sini, kami berlarian ke pantai, tetepai juga tidak sabar untuk berjalan-jalan mengeksplorasi pantai tersebut.
Ini adalah pantai yang paling indah dibandingkan dengan pantai-pantai yang pernah saya kunjungi, Dreamland di Bali pun tidak ada apa-apanya, mungkin Gili trawangan dan Belitung dapat menyaingi keindahannya tapi, ah untuk apa dibanding-bandingi toh setiap pantai punya keunikannya sendiri-sendiri.
Pasirnya lembut, namun karena angin kencang, butiran pasir kadang cukup menyakitkan apabila terkena kulit. Tapi ah!nikmati saja! Pantai ini cukup unik, disini terdapat tiga spot yang bisa kita nikmati. Disini terdapat muara sungai yang tertahan oleh pasir, mungkin apabila musim hujan, muara ini akan terbuka. Airnya payau dan cukup tenang dan dangkal. Kiri-kanannya terdapat pohon-pohon liar, kadang saya merinding sendiri ketika berenang di muara ini, karena bayangan buaya mungkin ada di tempat ini cukup sering terbersit, tapi ya sudah lah berserah saja! Tempat ini adalah tempat kami bisa berbasuh seusai berenang di laut.
Spot yang kedua adalah, saya tidak tahu harus menyebutnya apa, tapi spot yang kedua, nampak sebuah genangan air yang sangat besar!!!! Kedalamannya hanya semata kaki, jadi ketika berjalan kami nampak seperti berjalan di atas air.
Di pantainya sendiri, Airnya nampak biru bersih, Ombaknya sangat besar dan tarikan ombaknya pun sangat kuat. Kadang kami harus menahan tubuh agar tidak terseret ombak, saya pun harus cukup berhati-hati disini, walaupun kadang lupa he... karena semakin besar ombak berarti akan semakin seru!
Hamparan pasir di pantai ini tidak kalah indahnya, saya tidak menemukan satu pun sampah di sini. Tapi saya malah khawatir saya akan kehilangan pemandangan ini ketika berkunjung lagi pada 10 tahun yang akan datang. Yah semoga para pengunjung dan penduduknya punya rasa peduli terhadap kebersihan pantai disini.
bersambung...
Tuesday, October 14, 2008
Tamasya Ujung Genteng episode 1
Kemasi barang-barangmu
celana pendek, kaos, baju renang, sandal,
lupakan kemeja dan semua kostum kerja
berangkat!!
Sudah hampir dua minggu berlalu, namun kenangan berlibur di Ujung Genteng masih melekat dalam benak saya. Awalnya saya bimbang pergi kesana karena saya akan pergi dengan orang-orang yang tidak saya kenal, mereka adalah temannya teman dari teman saya...fuh... Tapi “magic word” yang tidak bisa saya tolak keluar dari mulut teman saya “pantai ri...” Akh!saya mencintai pantai!mulai dari ombak, birunya laut, ikan-ikan segar murah, sunset, sampai teriknya matahari di pantai pun saya cinta!
Perjalanan memakan cukup banyak waktu hampir tujuh jam kami berada di jalan. Kami berangkat malam hari, dengan perhitungan jalan sepi dan akan tiba saat subuh dan bisa menikmati matahari terbit. Perjalanan apapun darat, laut, udara, bukan masalah bagi saya. Namun satu kelemahan saya, saya tidak bisa menyetir, memang banyak yang sudah mengeluh, tapi ya...sabar yaaaa, tahun ini deh pasti bisa!!!!! kadang memang menjadi keuntungan tersendiri dengan tidak bisa menyetir karena saya bisa puas menikmati pemandangan di perjalanan...he...
Sekitar pukul setengah enam pagi, kami masih dalam perjalanan. Kami sempat melihat matahari terbit dengan sinar oranyenya membentuk siluet pohon-pohon kelapa yang berjajar menjulang tinggi. Kami tidak jauh dari Ujung Genteng. Lelah kami sekejap hilang dengan melihat scene tersebut. Rasa kantuk saya hilang, hanya rasa tidak sabar yang ada di benak saya. Pantai. Pantai. Pantai.
Ketika memasuki wilayah Pantai Ujung genteng, saya melihat di sebelah kanan saya, berjejer penginapan-penginapan komersil dan di sebelah kirinya, tidak terlalu jauh, pantai membentang di depannya. Pemandangannya yah, jujur tidak membuat saya terlalu terpukau, namun saya cukup heran dengan pantainya yang memiliki karang sebegitu panjang dan luas, mulai dari tepi pantai hingga sekitar 100 meter menjorok ke laut. Laut pun seperti ditahan sehingga ombaknya kecil.
Dalam hati, Hmmmm...masa sih ini pantainya...akh!ekspektasi saya terlalu tinggi nih...tapi ketika berpikir seperti, kendaraan yang saya tumpangi tiba-tiba masuk wilayah “off road”, mobil memasuki jalan berpasir dan berbatu. Pemandangan mulai jauh berbeda, tengok kiri-kanan hanya melihat wilayah yang tandus, pemandangan laut menjadi ironi. Nampaknya hujan sudah lama tidak membahasi wilayah ini. Tampak spot-spot dimana rumput-rumput kering terbakar dan dari jauh terlihat perkebunan kelapa yang sangat luas. Berberapa menit kemudian, pantai dengan pasir yang lebih bersih terlihat. Tidak jauh dari situ, sebuah perkampungan penduduk menyambut kami.
Ya, kami tinggal di rumah penduduk, selain harga sewanya murah, rumah ini dapat menampung banyak orang. Oh iya, kami bersebelas. Rumah sewaan kami terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang TV, ruang tamu, dapur dan satu kamar mandi. Rumahnya sederhana, tapi cukup mewah untuk di perkampungan. Jangan khawatir semua bersih, termasuk kamar mandi. Oh iya, apabila pergi ramai-ramai, jangan lupa bawa sleeping bag, tiker, kasur gulung apabila memungkinkan, karena pasti sebagian akan tidur di ruang TV atau pun ruang tamu.
Perkampungan ini juga sudah komersil, banyak sekali mobil-mobil dengan plat luar kota terparkir di setiap rumah penduduk. Diulik-ulik ternyata memang turis yang datang semakin bertambah setiap tahunnya, penginapan tidak sanggup menampung para turis yang dan datang, sehingga ini menjadi lahan basah bagi penduduknya untuk menyewakan rumahnya. Setelah sampai di rumah sewaan, kami istirahat sebentar, dan langsung memenuhi tujuan utama kami. Menikmati pantai!
bersambung...
celana pendek, kaos, baju renang, sandal,
lupakan kemeja dan semua kostum kerja
berangkat!!
Sudah hampir dua minggu berlalu, namun kenangan berlibur di Ujung Genteng masih melekat dalam benak saya. Awalnya saya bimbang pergi kesana karena saya akan pergi dengan orang-orang yang tidak saya kenal, mereka adalah temannya teman dari teman saya...fuh... Tapi “magic word” yang tidak bisa saya tolak keluar dari mulut teman saya “pantai ri...” Akh!saya mencintai pantai!mulai dari ombak, birunya laut, ikan-ikan segar murah, sunset, sampai teriknya matahari di pantai pun saya cinta!
Perjalanan memakan cukup banyak waktu hampir tujuh jam kami berada di jalan. Kami berangkat malam hari, dengan perhitungan jalan sepi dan akan tiba saat subuh dan bisa menikmati matahari terbit. Perjalanan apapun darat, laut, udara, bukan masalah bagi saya. Namun satu kelemahan saya, saya tidak bisa menyetir, memang banyak yang sudah mengeluh, tapi ya...sabar yaaaa, tahun ini deh pasti bisa!!!!! kadang memang menjadi keuntungan tersendiri dengan tidak bisa menyetir karena saya bisa puas menikmati pemandangan di perjalanan...he...
Sekitar pukul setengah enam pagi, kami masih dalam perjalanan. Kami sempat melihat matahari terbit dengan sinar oranyenya membentuk siluet pohon-pohon kelapa yang berjajar menjulang tinggi. Kami tidak jauh dari Ujung Genteng. Lelah kami sekejap hilang dengan melihat scene tersebut. Rasa kantuk saya hilang, hanya rasa tidak sabar yang ada di benak saya. Pantai. Pantai. Pantai.
Ketika memasuki wilayah Pantai Ujung genteng, saya melihat di sebelah kanan saya, berjejer penginapan-penginapan komersil dan di sebelah kirinya, tidak terlalu jauh, pantai membentang di depannya. Pemandangannya yah, jujur tidak membuat saya terlalu terpukau, namun saya cukup heran dengan pantainya yang memiliki karang sebegitu panjang dan luas, mulai dari tepi pantai hingga sekitar 100 meter menjorok ke laut. Laut pun seperti ditahan sehingga ombaknya kecil.
Dalam hati, Hmmmm...masa sih ini pantainya...akh!ekspektasi saya terlalu tinggi nih...tapi ketika berpikir seperti, kendaraan yang saya tumpangi tiba-tiba masuk wilayah “off road”, mobil memasuki jalan berpasir dan berbatu. Pemandangan mulai jauh berbeda, tengok kiri-kanan hanya melihat wilayah yang tandus, pemandangan laut menjadi ironi. Nampaknya hujan sudah lama tidak membahasi wilayah ini. Tampak spot-spot dimana rumput-rumput kering terbakar dan dari jauh terlihat perkebunan kelapa yang sangat luas. Berberapa menit kemudian, pantai dengan pasir yang lebih bersih terlihat. Tidak jauh dari situ, sebuah perkampungan penduduk menyambut kami.
Ya, kami tinggal di rumah penduduk, selain harga sewanya murah, rumah ini dapat menampung banyak orang. Oh iya, kami bersebelas. Rumah sewaan kami terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang TV, ruang tamu, dapur dan satu kamar mandi. Rumahnya sederhana, tapi cukup mewah untuk di perkampungan. Jangan khawatir semua bersih, termasuk kamar mandi. Oh iya, apabila pergi ramai-ramai, jangan lupa bawa sleeping bag, tiker, kasur gulung apabila memungkinkan, karena pasti sebagian akan tidur di ruang TV atau pun ruang tamu.
Perkampungan ini juga sudah komersil, banyak sekali mobil-mobil dengan plat luar kota terparkir di setiap rumah penduduk. Diulik-ulik ternyata memang turis yang datang semakin bertambah setiap tahunnya, penginapan tidak sanggup menampung para turis yang dan datang, sehingga ini menjadi lahan basah bagi penduduknya untuk menyewakan rumahnya. Setelah sampai di rumah sewaan, kami istirahat sebentar, dan langsung memenuhi tujuan utama kami. Menikmati pantai!
bersambung...
Friday, July 18, 2008
cut!cut!cut!
I cut my heart wide open
and I don't feel anything
it seems my heart have been numb for years.
and I don't feel anything
it seems my heart have been numb for years.
my chaotic mind!
I wish my mind is simpler. The way I’m thinking about my life for exactly. I hate to be complex because…its complex. I don’t know, but I guess the term of complex already describe my life. Or confuse…I don’t know.
In my head, I keep thinking about my future, my life compared to my friends, global warming, the upper, middle, and below, love, sex, lust, compassion, balloon, food, backpacking, runaway, hate, money, men, women, children, figures, tukang mie ayam, DVD, college, study, Almighty, clips, nerve, pet, lou reed, katleen, mama, bapak, redemption, anger, happiness, solitude, alienation, tranquility, euphoria, black, white, grey, noise, shit, smoke, dirt, ok! Those were only my 0.00000001% of my head.
Most of these questions popped up with one simple word. And this word makes my life more complicated than it is. Do you know what word it is? Ok…The ultimate word…the mastermind of all my so called “njelimet“ life is (drums please!) drums drums drums drums drums drums drums drums drums….. …..WHY?!!!!! yes! why! why! why!why he?why we?why it?why she?why them? Why?why life? Why?! I think we should stop, my nerve feels intense.
I want my life simpler. I hate to be grown-up and thinking a lot of stuff in life and you don’t know how to stop it. It keep coming in your head like thousands bullets shoot out to your head. It feels like a broken dam, the overflowing water runs to every streams and river, you can’t stop it and when you want to fix it you have to dry out the water, Oh really? I’m not really sure….
Stop. Pull out all these emotions and make it simple. But then just a glimpsed of my thought said “then just die!” Did you see all my so called complex life circling around in spiritual and material world, and not only me, we all do.
Hey! it reminds me of a film, did you watched “into the wild”? It’s a true story. I think that man in the film (sorry forget the name) is a prodigy, why? Because he succeeded to left his hedonist, material, and don’t forget his bright future life and choose to live in the wild instead to live among his fortune.
I’m 24 right now. And I’m unemployed. Well not totally…But thank God I have my parents so I’m not homeless. But I’m 24. I wish I still teenagers. Teenagers had rights to make their parents up set, messed up, and fu*ked up. And when you are 24 that rights belongs to your parents. But then again my parents didn’t use their rights on me. I don’t know why…I never understand parents -to their kid’s- love, it beyond me. But I guess I’ll understand it when I have one.
I do have a job. Two job. Two freelance job. I won’t tell you what kind of job I have, but it doesn’t pay me much! Hah! Now I know why I complain so much about life. Because I haven’t achieve anything in this life!! But back again its not that simple…Now I wonder WHY…
But right now all I can hear is Axl Rose singing “Welcome to the jungle Watch it bring you to your knees, knees I wanna watch you bleed…”
In my head, I keep thinking about my future, my life compared to my friends, global warming, the upper, middle, and below, love, sex, lust, compassion, balloon, food, backpacking, runaway, hate, money, men, women, children, figures, tukang mie ayam, DVD, college, study, Almighty, clips, nerve, pet, lou reed, katleen, mama, bapak, redemption, anger, happiness, solitude, alienation, tranquility, euphoria, black, white, grey, noise, shit, smoke, dirt, ok! Those were only my 0.00000001% of my head.
Most of these questions popped up with one simple word. And this word makes my life more complicated than it is. Do you know what word it is? Ok…The ultimate word…the mastermind of all my so called “njelimet“ life is (drums please!) drums drums drums drums drums drums drums drums drums….. …..WHY?!!!!! yes! why! why! why!why he?why we?why it?why she?why them? Why?why life? Why?! I think we should stop, my nerve feels intense.
I want my life simpler. I hate to be grown-up and thinking a lot of stuff in life and you don’t know how to stop it. It keep coming in your head like thousands bullets shoot out to your head. It feels like a broken dam, the overflowing water runs to every streams and river, you can’t stop it and when you want to fix it you have to dry out the water, Oh really? I’m not really sure….
Stop. Pull out all these emotions and make it simple. But then just a glimpsed of my thought said “then just die!” Did you see all my so called complex life circling around in spiritual and material world, and not only me, we all do.
Hey! it reminds me of a film, did you watched “into the wild”? It’s a true story. I think that man in the film (sorry forget the name) is a prodigy, why? Because he succeeded to left his hedonist, material, and don’t forget his bright future life and choose to live in the wild instead to live among his fortune.
I’m 24 right now. And I’m unemployed. Well not totally…But thank God I have my parents so I’m not homeless. But I’m 24. I wish I still teenagers. Teenagers had rights to make their parents up set, messed up, and fu*ked up. And when you are 24 that rights belongs to your parents. But then again my parents didn’t use their rights on me. I don’t know why…I never understand parents -to their kid’s- love, it beyond me. But I guess I’ll understand it when I have one.
I do have a job. Two job. Two freelance job. I won’t tell you what kind of job I have, but it doesn’t pay me much! Hah! Now I know why I complain so much about life. Because I haven’t achieve anything in this life!! But back again its not that simple…Now I wonder WHY…
But right now all I can hear is Axl Rose singing “Welcome to the jungle Watch it bring you to your knees, knees I wanna watch you bleed…”
Friday, July 11, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)