Kemasi barang-barangmu
celana pendek, kaos, baju renang, sandal,
lupakan kemeja dan semua kostum kerja
berangkat!!
Sudah hampir dua minggu berlalu, namun kenangan berlibur di Ujung Genteng masih melekat dalam benak saya. Awalnya saya bimbang pergi kesana karena saya akan pergi dengan orang-orang yang tidak saya kenal, mereka adalah temannya teman dari teman saya...fuh... Tapi “magic word” yang tidak bisa saya tolak keluar dari mulut teman saya “pantai ri...” Akh!saya mencintai pantai!mulai dari ombak, birunya laut, ikan-ikan segar murah, sunset, sampai teriknya matahari di pantai pun saya cinta!
Perjalanan memakan cukup banyak waktu hampir tujuh jam kami berada di jalan. Kami berangkat malam hari, dengan perhitungan jalan sepi dan akan tiba saat subuh dan bisa menikmati matahari terbit. Perjalanan apapun darat, laut, udara, bukan masalah bagi saya. Namun satu kelemahan saya, saya tidak bisa menyetir, memang banyak yang sudah mengeluh, tapi ya...sabar yaaaa, tahun ini deh pasti bisa!!!!! kadang memang menjadi keuntungan tersendiri dengan tidak bisa menyetir karena saya bisa puas menikmati pemandangan di perjalanan...he...
Sekitar pukul setengah enam pagi, kami masih dalam perjalanan. Kami sempat melihat matahari terbit dengan sinar oranyenya membentuk siluet pohon-pohon kelapa yang berjajar menjulang tinggi. Kami tidak jauh dari Ujung Genteng. Lelah kami sekejap hilang dengan melihat scene tersebut. Rasa kantuk saya hilang, hanya rasa tidak sabar yang ada di benak saya. Pantai. Pantai. Pantai.
Ketika memasuki wilayah Pantai Ujung genteng, saya melihat di sebelah kanan saya, berjejer penginapan-penginapan komersil dan di sebelah kirinya, tidak terlalu jauh, pantai membentang di depannya. Pemandangannya yah, jujur tidak membuat saya terlalu terpukau, namun saya cukup heran dengan pantainya yang memiliki karang sebegitu panjang dan luas, mulai dari tepi pantai hingga sekitar 100 meter menjorok ke laut. Laut pun seperti ditahan sehingga ombaknya kecil.
Dalam hati, Hmmmm...masa sih ini pantainya...akh!ekspektasi saya terlalu tinggi nih...tapi ketika berpikir seperti, kendaraan yang saya tumpangi tiba-tiba masuk wilayah “off road”, mobil memasuki jalan berpasir dan berbatu. Pemandangan mulai jauh berbeda, tengok kiri-kanan hanya melihat wilayah yang tandus, pemandangan laut menjadi ironi. Nampaknya hujan sudah lama tidak membahasi wilayah ini. Tampak spot-spot dimana rumput-rumput kering terbakar dan dari jauh terlihat perkebunan kelapa yang sangat luas. Berberapa menit kemudian, pantai dengan pasir yang lebih bersih terlihat. Tidak jauh dari situ, sebuah perkampungan penduduk menyambut kami.
Ya, kami tinggal di rumah penduduk, selain harga sewanya murah, rumah ini dapat menampung banyak orang. Oh iya, kami bersebelas. Rumah sewaan kami terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang TV, ruang tamu, dapur dan satu kamar mandi. Rumahnya sederhana, tapi cukup mewah untuk di perkampungan. Jangan khawatir semua bersih, termasuk kamar mandi. Oh iya, apabila pergi ramai-ramai, jangan lupa bawa sleeping bag, tiker, kasur gulung apabila memungkinkan, karena pasti sebagian akan tidur di ruang TV atau pun ruang tamu.
Perkampungan ini juga sudah komersil, banyak sekali mobil-mobil dengan plat luar kota terparkir di setiap rumah penduduk. Diulik-ulik ternyata memang turis yang datang semakin bertambah setiap tahunnya, penginapan tidak sanggup menampung para turis yang dan datang, sehingga ini menjadi lahan basah bagi penduduknya untuk menyewakan rumahnya. Setelah sampai di rumah sewaan, kami istirahat sebentar, dan langsung memenuhi tujuan utama kami. Menikmati pantai!
bersambung...
celana pendek, kaos, baju renang, sandal,
lupakan kemeja dan semua kostum kerja
berangkat!!
Sudah hampir dua minggu berlalu, namun kenangan berlibur di Ujung Genteng masih melekat dalam benak saya. Awalnya saya bimbang pergi kesana karena saya akan pergi dengan orang-orang yang tidak saya kenal, mereka adalah temannya teman dari teman saya...fuh... Tapi “magic word” yang tidak bisa saya tolak keluar dari mulut teman saya “pantai ri...” Akh!saya mencintai pantai!mulai dari ombak, birunya laut, ikan-ikan segar murah, sunset, sampai teriknya matahari di pantai pun saya cinta!
Perjalanan memakan cukup banyak waktu hampir tujuh jam kami berada di jalan. Kami berangkat malam hari, dengan perhitungan jalan sepi dan akan tiba saat subuh dan bisa menikmati matahari terbit. Perjalanan apapun darat, laut, udara, bukan masalah bagi saya. Namun satu kelemahan saya, saya tidak bisa menyetir, memang banyak yang sudah mengeluh, tapi ya...sabar yaaaa, tahun ini deh pasti bisa!!!!! kadang memang menjadi keuntungan tersendiri dengan tidak bisa menyetir karena saya bisa puas menikmati pemandangan di perjalanan...he...
Sekitar pukul setengah enam pagi, kami masih dalam perjalanan. Kami sempat melihat matahari terbit dengan sinar oranyenya membentuk siluet pohon-pohon kelapa yang berjajar menjulang tinggi. Kami tidak jauh dari Ujung Genteng. Lelah kami sekejap hilang dengan melihat scene tersebut. Rasa kantuk saya hilang, hanya rasa tidak sabar yang ada di benak saya. Pantai. Pantai. Pantai.
Ketika memasuki wilayah Pantai Ujung genteng, saya melihat di sebelah kanan saya, berjejer penginapan-penginapan komersil dan di sebelah kirinya, tidak terlalu jauh, pantai membentang di depannya. Pemandangannya yah, jujur tidak membuat saya terlalu terpukau, namun saya cukup heran dengan pantainya yang memiliki karang sebegitu panjang dan luas, mulai dari tepi pantai hingga sekitar 100 meter menjorok ke laut. Laut pun seperti ditahan sehingga ombaknya kecil.
Dalam hati, Hmmmm...masa sih ini pantainya...akh!ekspektasi saya terlalu tinggi nih...tapi ketika berpikir seperti, kendaraan yang saya tumpangi tiba-tiba masuk wilayah “off road”, mobil memasuki jalan berpasir dan berbatu. Pemandangan mulai jauh berbeda, tengok kiri-kanan hanya melihat wilayah yang tandus, pemandangan laut menjadi ironi. Nampaknya hujan sudah lama tidak membahasi wilayah ini. Tampak spot-spot dimana rumput-rumput kering terbakar dan dari jauh terlihat perkebunan kelapa yang sangat luas. Berberapa menit kemudian, pantai dengan pasir yang lebih bersih terlihat. Tidak jauh dari situ, sebuah perkampungan penduduk menyambut kami.
Ya, kami tinggal di rumah penduduk, selain harga sewanya murah, rumah ini dapat menampung banyak orang. Oh iya, kami bersebelas. Rumah sewaan kami terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang TV, ruang tamu, dapur dan satu kamar mandi. Rumahnya sederhana, tapi cukup mewah untuk di perkampungan. Jangan khawatir semua bersih, termasuk kamar mandi. Oh iya, apabila pergi ramai-ramai, jangan lupa bawa sleeping bag, tiker, kasur gulung apabila memungkinkan, karena pasti sebagian akan tidur di ruang TV atau pun ruang tamu.
Perkampungan ini juga sudah komersil, banyak sekali mobil-mobil dengan plat luar kota terparkir di setiap rumah penduduk. Diulik-ulik ternyata memang turis yang datang semakin bertambah setiap tahunnya, penginapan tidak sanggup menampung para turis yang dan datang, sehingga ini menjadi lahan basah bagi penduduknya untuk menyewakan rumahnya. Setelah sampai di rumah sewaan, kami istirahat sebentar, dan langsung memenuhi tujuan utama kami. Menikmati pantai!
bersambung...
6 comments:
ariii....gede banget seh lo
taeeeee...komentarnya ga ada yang laen apa van!?!?!
Jadi pengen cepet2 pulang kampuang... ;)
riee.. paha ma betis loe itu lho.. ;)).. Masya aloh..
ajreeeeettttt!!!!
ga ada apa selaen komentar fisik!!!!
ri, gileee kenangan itu juga masih nempel di gue, walo udah berminggu-minggu hahahha :)
we will be back righttt?? zee, dian, mas alex, ada dalam daptar neh kayanya.
Post a Comment